Thursday 14 May 2015

DESAINER INDONESIA YANG SUKSES MENDUNIA

Michael Kors, Donna Karan, Jimmy Choo, Diane von Furstenberg adalah sebagian nama desainer internasional yang sudah akrab di telinga. Tentu saja, kita juga sering dengar bahwa banyak selebritis internasional yang gemar memakai produk-produk mereka. Tapi, nyatanya, banyak juga kreasi rancangan desainer anak negeri yang diminati tokoh-tokoh publik di luar negeri. Siapakah mereka? Berikut adalah daftar 6 desainer asal Indonesia yang telah menuai sukses secara  internasional.

1. Tex Saverio
Tex Saverio

Ia adalah desainer berbakat yang terkenal akan rancangan adibusananya. Namun, di samping itu Tex Saverio juga mendesain koleksi siap-pakai. Dia dianggap sebagai desainer kelas dunia bahkan disebut-sebut sebagai Alexander McQueen-nya Indonesia. Lulusan Bunka School of Fashion dan Phalie Studio Jakarta ini telah mengubah hobi masa kecilnya menjadi sebuah pekerjaan. Karya-karya rancangannya telah dikagumi di Fashion Week Jakarta dan Paris juga di berbagai majalah fesyen, seperti Harper’s Bazaar dan Elle. Selebritis kondang seperti Jennifer Lawrence, Kim Kardashian, dan Lady Gaga pernah memakai rancangannya. Lady Gaga bahkan telah memilih salah satu karya rancangannya untuk kampanye parfumnya bernama “Fame”. Koleksi Tex Saverio sudah tersedia di Amerika Serikat dan Eropa, namun kini ia juga akan berfokus pada Asia.

2. Didit Hediprasetyo
 
Ia adalah putra dari Siti “Titiek” Hediati Hariyadi, putri dari mantan Presiden Suharto, dan Prabowo Subianto. Ia merupakan lulusan dari Parsons School of Design di New York dan Paris. Didit mendapatkan gelar Bachelor of Fine Arts dari jurusan Fashion Design. Dia pun pernah mendapatkan Silver Thimble Award pada tahun 2006. Didit memasukkan unsur Indonesia melalui penggunaan kain songket dalam desainnya. Anggun, Dian Sastro, dan Carly Rae Jepsen adalah beberapa selebritis yang gemar menggunakan rancangannya. Ia juga salah satu desainer yang terpilih BMW untuk mendesain interior BMW Individual Series 7. Seri ini sangat eksklusif karena hanya ada 5 model dari BMW tersebut di seluruh dunia. Sekarang, ia tengah menetap di Paris.

3. Nancy Go
 Nancy Go
Ia adalah perancang busana asal Indonesia yang lahir di Brazil. Ia mendirikan merek tas bernama Bagteria pada tahun 2000. Beberapa butik Bagteria sudah tersebar di Indonesia dan tas-tasnya juga tersedia di berbagai toko di seluruh dunia. Emma Thompson, Paris Hilton, Audrey Tautou, Blake Lively, dan Putri Zara Phillips adalah beberapa nama yang gemar menggandeng tas Bagteria. Tas Bagteria yang unik, klasik, dan buatan tangan tersebut pernah diliput dalam majalah L’Officiel, Harper’s Bazaar, dan Vogue. Sekarang, ia berencana untuk memperluas butik Bagteria di negara-negara lain.

4. Fahrani Empel

Ia juga dikenal dengan sebutan Fa dan Fa’vela Punk. Selain aktris, penyanyi dan model, perempuan Indonesia ini juga desainer kacamata hitam. Ia mendirikan Cast Eyewear pada tahun 2011. Selebritis seperti Dakota Fanning, Tyra Banks, Lady Gaga, Rihanna, dan Cara Delevigne pernah terlihat memakai kreasi kacamatanya. Cast Eyewear bisa didapatkan di beberapa toko kacamata dan juga online.

5. Sabbatha Rahzuardi

Sabbatha Rahzuardi
Ia adalah pria lulusan Sorbonne University, Perancis, yang awalnya bekerja sebagai art director. Kini, ia adalah pendiri dan desainer merek tas “Sabbatha”. Sabbatha sudah menjadi salah satu merek tas mewah yang terkenal di Indonesia. Ia melihat tas-tasnya sebagai perhiasan, yang ia lengkapi dengan penggunaan perak Bali dan batu permata. Tas-tas Sabbatha pernah dipakai oleh banyak selebritis Indonesia maupun Luar negeri, termasuk Anggun, Melly Goeslaw, Katie Holmes, dan Julia Roberts. Tas-tas Sabbatha pun tersedia di seluruh dunia.

6. Peggy Hartanto

Peggy Hartanto
Perempuan ini adalah desainer asal Surabaya yang berbakat. Namanya dikenal sebagai perancang High End Ready To Wear. Peggy meraih gelar Fashion of Design and Commerce dan menjadi mahasiswa terbaik di Raffles College di Sydney. Beberapa penghargaan lainnya juga berhasil ia raih. Pada tahun 2011, Peggy mulai mengeluarkan merk desain atas namanya. Rancangannya banyak dikagumi dan dipakai oleh berbagai selebritis Amerika Serikat, seperti Bella Thorne, Giuliana Rancic, dan Odette Annable.


SUMBER

PROFESOR MUDA INDONESIA YANG SUKSES JADI ASISTEN UNIVERSITAS DI KANADA

Agus Pulung Sasmito

PRESTASI gemilang ditorehkan pemuda Indonesia di luar negeri. Agus Pulung Sasmito, pria asal Wonosobo, Jawa Tengah berhasil menjadi profesor (asisten) di Mc-Gill University, Kanada. McGill University merupakan salah satu perguruan tinggi ternama di Kanada yang menduduki peringkat ke-21 dalam daftar perguruan tinggi terbaik dunia dan kedua di Kanada versi QS World University Rangkings 2013.



Karier moncer pemuda yang lebih suka dipanggil Agus ini berhasil diraihnya dalam usia yang tergolong muda, 30 tahun. Di Kanada, dia lebih populer dengan sebutan Profesor Sasmito. Agus memegang peranan penting di kampus yang sangat dikenal dengan kualitas penelitiannya itu.



Selain mengajar, Agus yang merupakan profesor termuda dan terbaru di Jurusan Teknik Pertambangan dan Material McGill University, juga dipercaya memegang kendali di laboratorium mine ventilation, energy, and environment di kampusnya. Dia merupakan satu-satunya ahli dalam bidang keselamatan penambangan bawah tanah dan sistem energi hidrogen di kampus tersebut.



Berbeda dengan di Indonesia, gelar profesor di McGill University bukanlah gelar akademik, melainkan gelar jabatan. Semua dosen peneliti di sana bergelar profesor, yang memiliki tugas menjadi dosen sekaligus peneliti. Agus membagi kegiatannya di kampus tersebut, yakni 60% meneliti, 20% mengajar, dan 20% melakukan kegiatan administratif kampus seperti mengikuti seminar dan kegiatan kampus lainnya.



Pria kelahiran Wonosobo, 1983 ini mengaku saat ini sangat menikmati pekerjaan yang baru dijalankan sejak Januari 2014 lalu itu, karena mendapatkan banyak tantangan. Selain itu, di laboratorium penelitian yang sedang dirintisnya, dia mengaku bisa menyalurkan dan mengembangkan keahlian dalam bidang yang digelutinya.



"Di sini penelitian sangat dihargai. Saya dibangunkan laboratorium dan didanai untuk mengembangkan penelitian," ungkapnya kepada KORAN SINDO di sela menerima kunjungan para pelajar berprestasi asal Indonesia yang tergabung dalam Outstanding Students for The World (OSTW) di McGill University, Kota Montreal, Provinsi Quebec, Kanada, akhir Mei lalu. Saat ini putra pasangan Ngadiman dan Juwariyah ini mengaku masih ingin fokus pada kariernya di McGill University.



Kendati begitu, Agus mengaku masih bermimpi suatu saat nanti bisa kembali ke Indonesia. "Saat ini saya akan konsentrasi untuk berkarier dan mengembangkan ilmu saya di sini. Ini mungkin lebih baik untuk saat ini. Tapi mungkin suatu saat nanti saya akan kembali ke Indonesia ketika lingkungan di sana sudah mendukung untuk melakukan penelitian," tutur lulusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.



Untuk sampai pada posisinya sekarang ini, penulis 43 jurnal ilmiah internasional dan tiga buku tentang energi hidrogen dan ventilasi tambang bawah tanah ini mengaku kuncinya hanya melakukan yang terbaik dalam segala hal yang dijalaninya.



"Kuncinya do the best saja," ungkapnya. Untuk menunjang kariernya, Agus mengaku sangat getol melakukan penelitian dan menulis jurnal ilmiah. Bahkan dalam setahun, dia mengaku bisa menghasilkan 10-20 jurnal ilmiah internasional. "Di kampus yang berbasis riset, jurnal ilmiah sangat dibutuhkan," tuturnya.



Sebelum menjadi profesor di McGill University, pria yang masih lajang ini mengajukan lamaran professorship di tiga universitas berbeda pada saat bersamaan, yakni di McGill University; Khalifa University, Abu Dhabi; dan Aalto University, Finlandia.



"Ketiga-tiganya diterima. Saya memilih di sini karena reputasi dan ranking kampusnya lebih bagus, lebih jelas, dan di sini penelitian sangat dihargai. Padahal kalau mau di Abu Dhabi, saya ditawari gaji tiga kali lipat," tutur lulusan SMAN 1 Wonosobo ini. Agus meraih gelar S-3 di National University of Singapore (NUS) jurusan Teknik Mesin melalui program direct PhD (langsung dari S-1 ke S-3, tanpa melalui S-2) setelah mendapatkan beasiswa dari ASEAN University Network (AUN/SEED-Net) & NUS Research Scholarship.



Setelah itu, dia sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Teknologi Mineral, Metal, dan Material (M3TC) Singapura, khususnya dalam bidang desain dan model efisiensi energi ventilasi tambang bawah tanah selama 1,5 tahun. Berikutnya dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil post doctoral di Masdar Institute, Abu Dhabi yang bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat, salah satu kampus teknik terbaik di dunia, selama 1,5 tahun. Hingga akhirnya dia berlabuh menjadi dosen peneliti di McGill University.



Agar tetap berkontribusi terhadap Indonesia, Agus berniat untuk mengundang putraputri terbaik bangsa untuk bergabung menjadi peneliti di laboratorium penelitian mine ventilation, energy, and environment yang dipimpinnya saat ini.



"Saya diberi wewenang untuk merekrut tim peneliti yang terdiri dari mahasiswa S-2, S-3, dan post doctoral. Dan, saya sudah sebarkan informasi beasiswa di UGM untuk bergabung menjadi tim peneliti laboratorium ini," tegasnya.



Laporan Wartawan KORAN SINDO



ABDUL ROCHIM



KANADA


(ade)

Thursday 19 March 2015

SALAT MALAM RAHASIA SANG JUARA MATEMATIKA DUNIA

Mohammad Yasya Bahrul Ulum
Satu lagi putra bangsa kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Mohammad Yasya Bahrul Ulum berhasil membawa pulang medali emas dalam International Mathematics Competition (IMC) for University Student 2014.

Sebelum melenggang ke tingkat internasional, Yasha telah melewati berbagai tahapan seleksi, baik tingkat regional maupun nasional. Selepas meraih juara pertama OSN Pertamina tingkat nasional, Yasya beserta peraih medali emas, perak dan perunggu Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON-MIPA) mengikuti seleksi final untuk menentukan tujuh mahasiswa terbaik.


''Dari situ lah pembinaan mulai gencar dilakukan,'' ucap alumnus SMAN Sragen Billingual Boarding School (SBBS) gemolong ini. Ketujuh mahasiswa tersebut dibina secara intensif di Jakarta selama dua minggu oleh dosen-dosen berpengalaman. ''Di sana saya menghabiskan 10 jam setiap harinya untuk belajar soal, kalau hari-hari biasa sekitar 3 jam biasanya,'' ungkap pria yang bercita-cita menjadi ilmuwan dan businessman ini.

Yasya mampu menyisihkan 324 peserta dari 44 negara di ajang bergengsi tersebut. Dalam kompetisi ini, para peserta diminta memecahkan masalah dalam bentuk esai. Bidang yang dikompetisikan adalah aljabar, analisis, geometri dan kombinatorik.


Peserta diberikan lima soal yang disajikan dalam bahasa Inggris setiap harinya. Waktu untuk mengerjakannya adalah selama dua hari. ''Setiap harinya diberikan alokasi waktu satu jam,'' kata Yasya dikutip Dream.co.id dari laman ITS.ac.id, Selasa 12 Agustus 2014.


Meski sempat merasa minder, Yasya terus mengerjakan soal dengan usaha terbaiknya. Ia mengaku, secara keseluruhan ada tiga soal yang belum bisa ia jawab dengan benar. ''Saya tidak bisa mengerjakan soal bagian kombinatorik, cukup susah,'' akunya.


Meski begitu mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini berhasil memperoleh selisih nilai 30 poin dari grand first prize dan menempatkannya dalam posisi emas.

Dengan perolehan itu, ia berhasil unggul dari pesaing lain yang berasal dari perguruan tinggi ternama di dunia, seperti Universitat Bonn di Jerman, Yale University di Amerika Serikat, University of Gottingen di Jerman, Moscow Institute of Physics and Technology di Rusia, University College London, Universidad Nacional Autonoma de Mexico, University of Illinois at Urbana Campaign serta Nanyang Technological University Singapura.


Dari keseluruhan lawan, Israel menurut Yasya tetap menjadi lawan terberatnya. ''Peraih first grand prize berasal dari Israel,'' ujarnya.  Seperti dikutip dari laman resmi IMC, Israel menempatkan lima mahasiswanya di posisi emas, sehingga berhasil meraih juara umum. Sedangkan Yasha menjadi satu-satunya peraih emas dari enam delegasi lain yang dikirim Indonesia dalam kompetisi ini.


Atas prestasi tersebut, Yasya dianugerahi beasiswa Olimpiade Sains Internasional (OSI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia hingga studi doktoral di seluruh perguruan tinggi di dunia.


Saat ditanya rencana studi magisternya, Yasya mengaku menginginkan kuliah di Jurusan Matematika ITB. ''Saya ingin mempersiapkan dulu kemampuan Matematika saya di ITB, baru ke luar negeri,'' ujarnya.


Bangun Mental dengan Shalat Malam


Prestasi ini memang bukan kiprah pertama bagi Yasya dalam olimpiade Matematika. Ia memiliki catatan prestasi gemilang dalam kompetisi yang membutuhkan ketelitian tinggi ini. Sejak SMP, putra pasangan Imam Chumaedi dan Shofiyah ini telah beberapa kali menjuarai OSN. Hingga saat duduk di bangku SMA, ia berhasil mempersembahkan medali emas bagi Jawa Tengah dalam OSN tingkat nasional.


Ditelusuri lebih lanjut, ternyata kesuksesan Yasya di ajang olimpiade Matematika tidak hanya karena ketekunannya dalam belajar dan berlatih soal. Ia selalu menyempatkan diri untuk shalat malam setiap harinya. Menurutnya, rutinitas tersebut ia lakukan untuk membangun mental positifnya. ''Kita bisa intropeksi diri dan memperkuat semangat serta motivasi,'' ungkap pria yang saat ini berumur 20 tahun itu.


Mahasiswa yang hobi bermain games dan olahraga futsal ini berpesan kepada mahasiswa dan para pelajar lainnya untuk tidak bermalas-malasan dalam belajar. Menurutnya, pemuda adalah generasi masa depan yang menjadi penentu kemajuan Indonesia. ''Kalau bermalas-malasan, ya negeri kita akan bobrok,'' tandasnya impresif.

Friday 13 March 2015

PRIA BERDARAH INDONESIA PIERRE COFFIN SEBAGAI ARSITEK UTAMA MINIONS

Pierre-Louis Padang Coffin

Pierre-Louis Padang Coffin adalah animator dan sutradara Perancis. Ia lahir tanggal 1 November 1967 dari pasangan Yves Coffin, seorang diplomat Perancis, dan Nh. Dini, penulis ternama asal Indonesia. Ia bersekolah di Gobelins di Paris dan mengawali kariernya di Amblimation, studio animasi 2D di London. Di sana ia mengerjakan We're Back! A Dinosaur's Story besutan Steven Spielberg. Ia kemudian menjadi animator lepas di studio CGI Perancis Ex Machina sebagai animator, pengawas animasi, dan sutradara. Setelah itu, ia dan Chris Renaud berkolaborasi dengan Passion Pictures Paris dan Mac Guff dalam proyek film fitur animasi CGI Despicable Me (2010) pesanan Universal. Ia juga mengisi suara untuk beberapa tokoh figuran. Pierre Coffin juga membuat animasi berjudul Pings (film animasi penguin yang dilukai atau dibunuh).

Pada tahun 2013, Coffin dan Renaud menjadi sutradara Despicable Me 2. Ia dan Kyle Balda akan menyutradarai film pecahan Despicable Me, Minions (2014)


Filmografi


Film fitur

    Flanimals (segera) - Sutradara

    Minions (2014) - Sutradara

    Despicable Me 2 (2013) - Sutradara, pengisi suara Minions

    Despicable Me (2010) - Sutradara, pengisi suara Minions

    We're Back! A Dinosaur's Story (1993) - Seniman perantara


Film pendek

    Brad & Gary (2011) - Sutradara, pengisi suara Brad

    Banana (2010) - Penulis, produser eksekutif, pengisi suara

    Home Makeover (2010) - Produser eksekutif, pengisi suara Minions dan Social Worker

    Orientation Day (2010) - Pengisi suara Minions

    Gary's Day (2003) - Sutradara


Seri TV

    Pat & Stan (2003–sekarang) - Pencipta, sutradara episode