Thursday 14 May 2015

PROFESOR MUDA INDONESIA YANG SUKSES JADI ASISTEN UNIVERSITAS DI KANADA

Agus Pulung Sasmito

PRESTASI gemilang ditorehkan pemuda Indonesia di luar negeri. Agus Pulung Sasmito, pria asal Wonosobo, Jawa Tengah berhasil menjadi profesor (asisten) di Mc-Gill University, Kanada. McGill University merupakan salah satu perguruan tinggi ternama di Kanada yang menduduki peringkat ke-21 dalam daftar perguruan tinggi terbaik dunia dan kedua di Kanada versi QS World University Rangkings 2013.



Karier moncer pemuda yang lebih suka dipanggil Agus ini berhasil diraihnya dalam usia yang tergolong muda, 30 tahun. Di Kanada, dia lebih populer dengan sebutan Profesor Sasmito. Agus memegang peranan penting di kampus yang sangat dikenal dengan kualitas penelitiannya itu.



Selain mengajar, Agus yang merupakan profesor termuda dan terbaru di Jurusan Teknik Pertambangan dan Material McGill University, juga dipercaya memegang kendali di laboratorium mine ventilation, energy, and environment di kampusnya. Dia merupakan satu-satunya ahli dalam bidang keselamatan penambangan bawah tanah dan sistem energi hidrogen di kampus tersebut.



Berbeda dengan di Indonesia, gelar profesor di McGill University bukanlah gelar akademik, melainkan gelar jabatan. Semua dosen peneliti di sana bergelar profesor, yang memiliki tugas menjadi dosen sekaligus peneliti. Agus membagi kegiatannya di kampus tersebut, yakni 60% meneliti, 20% mengajar, dan 20% melakukan kegiatan administratif kampus seperti mengikuti seminar dan kegiatan kampus lainnya.



Pria kelahiran Wonosobo, 1983 ini mengaku saat ini sangat menikmati pekerjaan yang baru dijalankan sejak Januari 2014 lalu itu, karena mendapatkan banyak tantangan. Selain itu, di laboratorium penelitian yang sedang dirintisnya, dia mengaku bisa menyalurkan dan mengembangkan keahlian dalam bidang yang digelutinya.



"Di sini penelitian sangat dihargai. Saya dibangunkan laboratorium dan didanai untuk mengembangkan penelitian," ungkapnya kepada KORAN SINDO di sela menerima kunjungan para pelajar berprestasi asal Indonesia yang tergabung dalam Outstanding Students for The World (OSTW) di McGill University, Kota Montreal, Provinsi Quebec, Kanada, akhir Mei lalu. Saat ini putra pasangan Ngadiman dan Juwariyah ini mengaku masih ingin fokus pada kariernya di McGill University.



Kendati begitu, Agus mengaku masih bermimpi suatu saat nanti bisa kembali ke Indonesia. "Saat ini saya akan konsentrasi untuk berkarier dan mengembangkan ilmu saya di sini. Ini mungkin lebih baik untuk saat ini. Tapi mungkin suatu saat nanti saya akan kembali ke Indonesia ketika lingkungan di sana sudah mendukung untuk melakukan penelitian," tutur lulusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.



Untuk sampai pada posisinya sekarang ini, penulis 43 jurnal ilmiah internasional dan tiga buku tentang energi hidrogen dan ventilasi tambang bawah tanah ini mengaku kuncinya hanya melakukan yang terbaik dalam segala hal yang dijalaninya.



"Kuncinya do the best saja," ungkapnya. Untuk menunjang kariernya, Agus mengaku sangat getol melakukan penelitian dan menulis jurnal ilmiah. Bahkan dalam setahun, dia mengaku bisa menghasilkan 10-20 jurnal ilmiah internasional. "Di kampus yang berbasis riset, jurnal ilmiah sangat dibutuhkan," tuturnya.



Sebelum menjadi profesor di McGill University, pria yang masih lajang ini mengajukan lamaran professorship di tiga universitas berbeda pada saat bersamaan, yakni di McGill University; Khalifa University, Abu Dhabi; dan Aalto University, Finlandia.



"Ketiga-tiganya diterima. Saya memilih di sini karena reputasi dan ranking kampusnya lebih bagus, lebih jelas, dan di sini penelitian sangat dihargai. Padahal kalau mau di Abu Dhabi, saya ditawari gaji tiga kali lipat," tutur lulusan SMAN 1 Wonosobo ini. Agus meraih gelar S-3 di National University of Singapore (NUS) jurusan Teknik Mesin melalui program direct PhD (langsung dari S-1 ke S-3, tanpa melalui S-2) setelah mendapatkan beasiswa dari ASEAN University Network (AUN/SEED-Net) & NUS Research Scholarship.



Setelah itu, dia sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Teknologi Mineral, Metal, dan Material (M3TC) Singapura, khususnya dalam bidang desain dan model efisiensi energi ventilasi tambang bawah tanah selama 1,5 tahun. Berikutnya dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil post doctoral di Masdar Institute, Abu Dhabi yang bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat, salah satu kampus teknik terbaik di dunia, selama 1,5 tahun. Hingga akhirnya dia berlabuh menjadi dosen peneliti di McGill University.



Agar tetap berkontribusi terhadap Indonesia, Agus berniat untuk mengundang putraputri terbaik bangsa untuk bergabung menjadi peneliti di laboratorium penelitian mine ventilation, energy, and environment yang dipimpinnya saat ini.



"Saya diberi wewenang untuk merekrut tim peneliti yang terdiri dari mahasiswa S-2, S-3, dan post doctoral. Dan, saya sudah sebarkan informasi beasiswa di UGM untuk bergabung menjadi tim peneliti laboratorium ini," tegasnya.



Laporan Wartawan KORAN SINDO



ABDUL ROCHIM



KANADA


(ade)

0 comments:

Post a Comment